Jumat, 25 Desember 2009

REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU

Selasa, 22 Desember 2009
Bismillahirrohmanirrohim.....

“Ray, kering atau basah nasib sebutir gandum itu sudah ditentukan. Tidak peduli seberapa baik atap gudang menahan hujan. Tidak peduli seberapa kokoh ember plastik melindunginya. Tidak peduli seberapa dalam tegel melindunginya. Kalau malam itu ditentukan basah, maka basahlah dia. Kalau ditentukan kering, maka keringlah dia….. begitulah kehidupan, robek tidaknya sehelai daun di hutan paling tersembunyi sudah ditentukan. Menguap atau menetesnya sebulir embun yang menggelayut di dahan anggrek paling tinggi, paling jauh semua sudah ditentukan… “

‘Kalau urusan sekecil itu saja sudah ditentukan, bagaimana mungkin urusan manusia yang lebih besar luput dari ketentuan… bagi binatang, tumbuh tumbuhan dan benda benda mati kehidupan adalah sebab akibat. Mereka hanya menjalani hukum alam yang sudah ditentukan. Setandan buah pisang masak menguning setelah sekian hari, setangkai bunga melati jatuh- layu setelah sekian hari, seekor buaya ditentukan jenis kelaminnya berdasarkan hangat-dinginnya suhu induk mengerami… tidak ada yang melanggar aturan main itu. Tidak ada buah pisang yang masak lebih cepat. Bunga melati yang layu lebih lama. Atau anak buaya yang menjadi pejantan padahal suhu udara induk mengeraminya memastikannya menjadi betina. Hukum alam sebab aklibat.

“Bagi manusia, hidup ini juga sebab akibat Ray. Bedanya, bagi manusia sebab –akibat itu membentuk peta dengan ukuran raksasa. Kehidupanmu menyebabkan perubahan garis kehidupan orang lain, kehidupan orang lain mengakibatkan perubahan garis kehidupan orang lainnya lagi, entah kemudian pada siklus ke berapa, kembali lagi pada siklus kehidupanmu… Saling mempengaruhi, saling berinteraksi… Sungguh kalau ku lukiskan peta itu maka ia bagai bola raksasa dengan benang jutaan warna yang saling melilit, salingmenjalin, lingkar melingkar. Indah, sungguh indah. Sama sekali tidak rumit” orang dengan wajah menyenangkan itu menyentih udara, seolah olah menyentuh bola raksasa yang sedang di ceritakannya.


“Mengapa kau harus menjalani masa kanak-kanak yang seharusnya indah justru di panti yang menyebalkan tersebut? Mengapa Karena kau menjadi sebab bagi garis kehidupan Diar. Kau menjadi sebab anak ringkih, lemah dan polos itu menjemput takdir hidup bagai seribu saputan pelangi di saat kematiannya tiba, Kau menjadi sebab seribu malaikat takjim mengucap salam ketika menjemput Diar di penghujung umurnya yang satyangnya masih sangat muda.”

...............................................

Rembulan Tengelam di Wajahmu, Tere Liye. Februari 2009

Tidak ada komentar: